Jumat, 30 Juli 2010

An UnUnderstood Poetry

Bulu-bulu Sayap Malaikat

Aku tahu saatnya
Di masa saat cahaya menggelap
Butakan, tiadakan cahya lain
Hampa aku dalam tidur

Terbangun ku sesaat
Bulu-bulu sayap malaikat
Bagaikan daun, gugur per satu
Inilah saatnya

Tak bisa aku
Untuk kembali, lagi
Malaikat mendekat, mendengus
Inilah saatnya

Jangan, jangan
Cakar aku dan lukai rasaku
Meski ratapmu lemahkan ku
O, inilah saatnya

Tiada lagi sisa nyawa
Sayap malaikat, renggut aku
Yang tiada lagi massa dan tenaga
Inilah saatnya

Mati aku, matilah
Dan Surga, dan Neraka
Tanggunganku, pikulanku
Dan inilah saatnya

O, malaikat, kirim aku
Ke Surga, tempat malaikat membentang
Ke Neraka, tempat iblis merengut
Yah, inilah saatnya

Tuhan, aku tiada
Atau aku ada?
Atau aku hanya sebuah rasa
Aku tahu, inilah saatnya

Untuk apa puisi
Untuk apa rasa
Untuk apa derita
Kalau inilah saatnya

Bila inilah saatnya
Aku harap ini yang terbaik
Karena inilah saatnya
Aku harus akhiri

Harus berhenti, berhenti
Tak cukup rasaku untuk penuhi
Sisa perjuangan, percuma
Aku harus pergi, kembali pada-Nya

Tidak ada komentar:

Geser Mousemu dan Gambarkan Inspirasimu!